Pages

Sunday, February 15, 2015

Kakak...

  Pada suatu hari Senin, Fairy, seorang pelajar yang baru mau masuk SMA sedang menjalani hari pertama masa orientasi siswa di sekolahnya. Ia sengaja bangun lebih pagi dan mengecek segala peralatan yang akan ia bawa nanti ke sekolah. Tugas-tugas yang telah diberikan oleh pembibing kelasnya, seperti peralatan dan barang-barang apa saja yang harus ia bawa saat masa ospek nanti. Sebelum ia keluar kamar, ia kembali memperhatikan penampilannya di depan cermin. “Apa aku cukup rapi? Apa aku cukup cantik?” gumam hatinya. Ia mulai mengambil sebuah sisir dan menyisir rambutnya perlahan. Setelah cukup rapi, ia pun mengambil dua buah ikat rambut warna senada untuk mengikat rambutnya. Mengikatnya dua, disebelah kanan dan kiri, seperti yang telah diperintahkan. Merapihkannya sedikit dan kembali bercermin. Setelah itu ia mengambil sebuah jepit dan mulai menjepit poninya kebelakang seperti perintah kaka OSIS sekolah, dan…
           “Astaga!!” buru-buru ia tutupi dahinya dengan telapak tangan kanannya. “Ya Tuhan! Ini enggak banget!!” dengan segera ia membebaskan poninya dari jepitan sang jepit rambut lalu merapikannya. Setelah mulai merasa percaya diri, ia pergi keluar kamar menuju meja makan. Duduk dan menyantap perlahan sarapan yang telah siap di mejanya, nasi goreng dengan telur mata sapi.
            Setelah selesai makan, ia pun mengikat tali sepatunya dan siap-siap berangkat sekolah.  Sekilas ia menatap jam tangannya dan tertera angka 06:00. Ya, ia harus berangkat. Jarak antara rumah dan sekolahnya memang agak jauh. Jadi ia harus berangkat lebih pagi lagi. Ia mulai berpamitan pada ibunya lalu menaiki sebuah motor yang akan dikemudikan oleh ayahnya nanti.
            Sesampainya di sekolah, Fairy dan kawan-kawan lainnya disuruh berbaris dilapangan. Dipandu oleh kakak OSIS yang menjadi pembimbing kelas atau PKnya. Dari baris tengah sekilas ia lihat seorang lelaki datang perlahan menuju barisannya. ‘Kece’ satu kata yang tersirat begitu saja dikepala Fairy. Terus ia pandangi lekat-lekat sosok lelaki itu. Seorang lelaki yang lumayan tinggi, berkulit sawo matang, dan yang paling mencolok adalah mata elangnya. Fairy terus memandanginya diam-diam. Jelas terbaca tatapannya adalah tatapan kagum, seperti tatapan suka. Ia akui kakak itu memang keren. Tapi siapa dia? Mengapa kakak itu terus berdiri di depan barisan Fairy? Fairy terus menatap dalam kakak kece itu. Hingga pada saat sang kakak kece itu menatap ke arah Fairy. Tepat ke kedua matanya. Mata mereka berdua bertemu pada saat ini. Fairy yang tertangkap basah sedang memperhatikannya hanya bisa diam, tak tahu harus bagaimana. Pada akhirnya, kakak kece itu melemparkan sebuah senyum pada Fairy lalu memalingkan pandangannya pada objek lain. “Ya Tuhan, senyumnya manis sekali!” seru hati Fairy. Kemudian pipinya bersemu merah, sedikit senyum malu tersimpul jelas di bibirnya. Terlihat Fairy sedikit salah tingkah.
            Waktu menunjukan pukul 7 tepat. Upacara segera di mulai dan si kakak kece mulai menghilang dari tatapan Fairy, ia mulai berjalan menuju barisan yang lain, barisan para anggota OSIS. Oh, ternyata benar. Ia memang salah satu anggota OSIS. Keren.
            Lima menit, sepuluh menit, hingga dua puluh menit kira-kira upacara berlangsung. Setelah diberikan beberapa pengumuman, para siswa-siswi baru mulai disuruh masuk kedalam kelas masing-masing. Begitu juga Fairy yang berjalan menuju kelas X-10. Beberapa saat setelah Fairy duduk mantap. Datanglah kakak PK perempuan yang memang telah Fairy kenal sejak pemberitahuan barang-barang waktu kemarin lusa. Kemudian disusul dengan seorang kakak OSIS kece yang tadi sebelum upacara Fairy lihat. Fairy sedikit tersenyum lalu berusaha menyembunyikan perasaan salah tingkahnya.
            Kakak itu maju ke depan kelas, berdiri di depan meja paling depan, tepat dihadapan Fairy. Fairy bingung. Ia bingung harus merasakan apa. Mungkin ia memang merasakan pipinya mulai kembali bersemu merah muda. Entah karena malu atau senang. Kini ia dapat memperhatikan kakak OSIS keren itu sedekat ini. Fairy tetap kembali berusaha menjaga imejnya agar tidak salah tingkah.
            “Adik-adik, nih, kenalkan. Kakak ini juga PK kalian. Kemarin lusa dia gak bisa datang karena sakit.” Jelas PK perempuan, Ka Selvia.
            “Ohya, Kenalin saya Genrifinadi Palevi. Panggil Ge atau Levi. Ya, bebas deh. Saya dari kelas 11 Ipa 1.” Kemudian tebar senyum memperlihatkan susunan gigi rapinya yang membuat penampilannya makin keren.
            “Oh Genrifinadi Palevi. Oke, Kak Ge atau Ka Levi?! Anak IPA 1? Astaga! Pintar, dong!!” Bisik hati Fairy.
            Setelah itu, memulai perkenalan yang dimulai dari paling belakang. Semuanya ditanggapi Kak Levi dengan senyum dan anggukan. Fairy terus memandangi wajah keren Kak Levi. Menatap lekat setiap senyum yang Kak Levi lemparkan. Kak Levi yang tampan, akan makin terlihat manis saat ia tersenyum, anggap Fairy. Terus ia perhatikan muka Kak Levi dari jarak dekat seperti ini. Hingga akhirnya giliran Fairy tiba untuk perkenalan. Ia berjalan perlahan keluar meja dan berdiri di depan. Di sebelah Kak Levi. Cowok kecek dari OSIS anak 11 IPA 1.
            “Nama saya Fairy Vanessa. Asal SMP Harapan Bangsa.” Kak Levi ngangguk-ngangguk.
            “Hobi saya nyanyi, dengar musik, sama twitter-an. Terima kasih.” Buru-buru ia menutup sesi perkenalannya dengan cepat karena tak tahan dengan jantungnya yang terus berdegup kencang saat berdiri di sebelah Kak Levi. Beberapa detik kemudian, Kak Levi meraih bahu Fairy, “Hobi twitter-an? Username-nya apa?”
            “Eh?” Fairy gelagapan dan tak tahu harus jawab apa dan berekspresi seperti apa. Sekali lagi ia malu tapi ia senang. Kali ini, sepasang mata tertuju padanya, disertai senyuman hangat pula. Dan yang membuat jantungnya makin berdegup kencang adalah kini telapak tangan Kak Levi tersentuh mantap memegang bahu Fairy. Beberapa saat kemudian, Kak Selvia mencairkan suasana, “Jangan mulai, Lev!”
            “Hehe iya-iya maaf, ya? Ya sudah, silahkan duduk. Terima Kasih.” Seru Kak Levi sambil menepuk lembut bahu Fairy lalu mempersilahkannya duduk kembali. Dan itu membuah jantung Fairy makin berdetak cepat.
            Tak terasa waktu cepat berlalu, sekarang Fairy dan Kak Levi sudah semakin akrab. Fairy sekarang sudah kelas 11 Ipa 1, mengikuti jejak Kak Levi. Begitu juga Kak Levi yang kini kelas 12 Ipa 1. Entah bagaimana caranya mereka dekat. Yang pasti mereka selalu aktif berhunbungan melalui jejaring sosial maupun SMS, tapi tidak jarang juga mereka saling bertegur sapa saat tak sengaja berpapasan di sekolah. Fairy senang kini telah semakin dekat dengan Kak Levi, kakak keren yang ia taksir. Bahkan akhir-akhir ini Kak Levi sudah menganggap Fairy seperti adiknya sendiri.
            Di suatu hari Sabtu, saatnya Fairy mengikuti ekstrakurikuler Pramuka. Semua berkumpul di lapangan. Saatnya permainan! Kini semua berbaris membentuk lingkaran. Permainan kali ini adalah halang rintang. Salah satu kakak pramuka berbicara sambil berteriak, “Dalam hitungan ke-3, semuanya berpisan dan mencari pasangan. Siapa yang tidak mendapatkan pasangan akan dihukum. Siap? Satu…Dua…Tiga…” Semuanya langsung berpencar mencari pasangan. Fairy berlari menuju Merris, namun sayang Merris telah berpasangan dengan Gita. Sedangkan Vierni dengan Henry. Fairy tak mau dihukum. Ia terus melihat dan mencari kesegala penjuru. Namun tiba-tiba, ada seorang yang menarik lalu menggenggam kedua tangannya. Sontak, Fairy kaget. Saat ia menatap wajah orang itu…
            “Kakak!” Serunya pelan, kaget. Ia bingung harus berkata apalagi. Fairy hanya bisa menatap orang itu tanpa arti yang pasti. Fairy menatap dalam mata orang yang kini tengan tersenyum kepadanya. Seorang pangeran dalam mimpinya menyelamatkannya dari hukuman. Kak Levi. Ya, Genrifinadi Palevi. “Sudah, sama Levi aja, ya? Awas loh ya kalo gak kompak terus dihukum. Nanti Levi sia-sia ikutan main.” Seru Kak Levi, masih sambil menggenggam tangan Fairy. Fairy hanya mengangguk perlahan, entah harus berekspresi seperti apa.
            Semua telah berpasangan, Kak Ferdi mulai memberitahukan aturan mainnya. Semua peserta permainan diharuskan mengikatkan tali sepatunya ke tali sepatu pasangannya. Dengan kata lain, salah satu kaki mereka terikat bersamaan, selanjutnya mereka juga diharuskan untuk saling berpegangan tangan. Tujuannya adalah untuk mengikat dan mempersulit mereka saat berjalan. Dan hanya pasangan yang kompaklah yang akan berhasil melewati halang rintang berdampingan.
            Kembali pada Fairy dan Kak Levi disampingnya. Fairy masih binggung harus merasakan apa menanggapi peraturan permainan yang aneh tadi. Harus berpegangan tangan katanya. Apakah Fairy harus senang? Atau malu? Pipinya yang memerah dapat menggambarkan apa yang sedang ia rasa.
            Setelah selesai mendengarkan peraturan yang Kak Ferdy katakan, Kak Levi lantas turun dan mulai berlutut disebelah Fairy, mengambil tali sepatu kanan Fairy dan mulai melepasnya. Kemudian ia lakukan hal tadi pada sepatu kirinya. Kak Levi mulai mengikat tali sepatu mereka. Fairy binggung harus berkata apa lagi. Tangannya hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal secara otomatis. Setelah Kak Levi selesai dengan pekerjaan tadi, ia pun berdiri dan mulai meraih tangan Fairy. Dengan mantap Kak Levi mulai mengisi sela-sela diantara jemari tangan kanan Fairy. Secara otomatis, Fairy membalas genggaman Kak Levi. Kak Levi merasakan tangan Fairy dingin dan berkeringat, “Santai dong, Fay! Se-ma-ngat!!” Seru Kak Levi sambil mengelus pelan kepala Fairy.
            Fairy berjalan sendiri menuju gerbang, rencanyanya ia ingin pergi ke mall terdekat untuk membeli sebuah gaun baru untuk Promnite besok malam. Baru saja satu langkah keluar dari gerbang sekolah, ada orang yang menarik lengannya. Saat ia melirik orang yang ada di belakangnya, “Eh, Kakak?!” serunya kaget.
“Eh, kamu mau langsung pulang atau kemana? Ada acara?” Fairy menggeleng. “Ikut Levi beli buku mau, gak?” Seru orang yang tadi sempat menahannya. “Aku kira dia ingat…” gumam hati kecil Fairy.
            Fairy hanya terdiam dan mengangguk sedaadanya, lalu begitu saja berjalan mengikuti Kak Levi. Kak Levi berjalan santai menuju mall terdekat yang hanya berjarak beberapa blok dari sekolah mereka. Fairy menatap lelaki yang ada didepannya hampa. “Tumben sekali ia mengajakku membeli buku. Tapi kenapa harus hari ini? Apa dia lupa? Atau… ya sudahlah biarkan saja.” Pikirannya menerka.
            Dua orang itu mantap melangkahkan kakinya masuk ke dalam mall tersebut dan langsung menuju toko buku yang berada di lantai paling atas. Setelah memasuki toko buku, Kak Levi mulai memilih-milih buku mana yang akan ia beli. Fairy pergi menuju rak tumpukan buku-buku novel. Sesekali Fairy membaca sinopsis novel tersebut. Seketika ia tersadar, maksudnya pergi kan untuk membeli gaun baru untuk promnite. Setelah itu ia berjalan menuju tempat Kak Levi melihat buku-buku tadi. Tapi tak didapatinya sosok kakak keren yang ia cari. Fairy melihat ke kanan dan ke kiri, celingak-celinguk mencari Kak Levi. Tiba-tiba…
            “Nyariin Levi, ya? Kangen, ya?” Seru seorang cowok dari belakang telinganya.
            “Hah? Siapa ini?” Seru Fairy kaget seraya memegang matanya yang tertutupi oleh dua tangan seseorang.
            “Ayo tebak! Ayo tebak!” Seru cowok yang menutupi matanya dari belakang semakin geregetan.
            “Siapa ih siapa?” tanya Fairy makin penasaran.
            “Ah, kamu tebak-tebakan gini doang nyerah! Masa gak kenal suaranya, sih?” Kata cowok itu menyerah, melepas tangannya dari mata Fairy, kemudian merangkul Fairy hangat. Fairy hanya terdiam. Hatinya terbang entah sudah sampai langit ke berapa. Kak Levi merangkulnya sedekat ini. Mukanya berubah menjadi merah padam karena malu. Jantungn Fairy berdegup kian cepat.
            Kak Levi menariknya menuju kasir terdekat. Membayar buku yang tadi Kak Levi pilih. Setelah itu, Fairy meminta Kak Levi menemaninya membeli gaun untuk promnite. Setiap baju yang Fairy pilih selalu ditanggapi bagus oleh Kak Levi.
            “Yang ini?” tanya Fairy. “Bagus kok! Cantik.” Balas Kak Levi sambil menatap Fairy dari atas sampai bawah. “Ih, yang bener, dong! Masa semuanya bagus?” kata Fairy kesal. Levi hanya menanggapinya dengan senyum.  “Mau pakai baju gembel pun kamu bakal selalu kelihatan cantik, Fay!” Seru hati Kak Levi yang tak mungkin terdengar oleh Fairy.
            Setelah mendapat gaun yang pas, Fairy lekas membayarnya di kasir. Sudah. Kebutuhan Fairy sudah terpenuhi. Kak Levi lapar, lalu mengajak Fairy untuk makan di foodcourt. Fairy menurut saja karena ia juga lapar. Fairy memilih makanan chiken katsu, sedangkan Kak Levi memilkih chiken carazon. Beberapa menit kemudian makanan mereka tersaji diatas meja. Tanpa aba-aba mereka menyantapnya secara bersamaan.
            “Coba ini!” Kata Kak Levi sambil memberikan sepotong makanannya ke arah mulut Fairy. Fairy menurut saja lalu membuka mulutnya.
            “Ups, maaf saosnya jadi belepotan gini.” Dengan cepat Kak Levi menghapus lepotan saos yang berada di sudut kiri bibir Fairy dengan jempolnya. Fairy hanya diam. Tubuhnya kembali membeku. Entah harus berekspresi seperti apa. Ia tak berani bergerak karena takut salah tingkah. Fairy hanya menatap mata Kak Levi yang kini semakin dekat dengannya. Melihat tatapannya seperti ada sedikit tatapan sayang. Fairy senang. Kakaknya yang satu ini memang benar-benar peduli dengan dia.
            “Terima kasih.” Gumamnya pelan dengan  sedikit senyum tersimpul dibibirnya. Kak Levi hanya membalasnya dengan tersenyum. Dan mereka kembali menyantap makanannya dengan bergurau sesekali.
            Malam promnite tiba. Fairy datang sendirian. Kemudian berkumpul dengan teman-temannya. Biasa, mengobrol dan bercanda seperti biasa. Tapi semuanya tiba-tiba berhenti ketika Kak Levi datang dan tiba-tiba menarik Fairy menjauh dari teman-temannya. “Loh, mau kemana?” tanye Merris tiba-tiba. Fairy hanya menggeleng. “Pinjem sebentar, ya?!” Jawab Kak Levi sambil tersenyum.
            Lampu mulai meredup. Musik ringan mulai mengalun indah. Fairy dan Kak Levi masih hening dalam diam. Fairy tak tahu harus berkata apa. Sedangkan Kak Levi bingung harus memulai dari mana. Mereka hanya saling menatap sesekali. Melemparkan senyum satu sama lain tanpa arti. Hingga saat pertengahan, sang pembawa acara bilang, “Ini ada yang mau mempersembahkan sesuatu.” Dengan tampang penasaran, Kak Levi menarik Fairy ketengah-tengah. Fairy yang bingung menurut saja.
            Alunan musik lembut mulai mengalun indah, dengan sendirinya tangan Kak Levi meraih tangan Fairy. Menggenggamnya erat. Fairy juga membalas, mengisi selasela jemari Kak Levi. Kemudian, dentingan melodi piano mulai mengalun memainkan lagu ‘Happy Birthday’,
            Lampu sorot tiba-tiba menuju ketengah tengah ruangan. Tepat di tempat berdirinya Fairy dan Kak Levi. Fairy bingung lalu celingak-celinguk. Tiba-tiba Kak Levi membalikan tubuh Fairy menghadapnya. Meraih kedua tangan Fairy sambil memberikan senyuman manisnya, “Fairy, Selamat ulang tahun yang ke-16! Semoga kamu makin segala-galanya ya. Ini hanya sedikit kejutan yang Levi rencanakan buat kamu. Sebenernya Levi tahu, ulang tahun kamu itu kemarin. Tapi Levi pura-pura lupa karena sudah mempersiapkan kejutan kecil ini. Sekali lagi, selamat ulang tahun ya!” Seru Kak Levi dengan senyuman termanisnya. Fairy hanya terdiam.
Kemudia Kak Levi berlutut di depan Fairy. Memberikan sebuah senyum yang belum bisa diartikan. Ini kali pertama Kak Levi tersenyum seperti ini kepada Fairy.
            “Fay, sebenarnya, Levi suka sama kamu sudah lumayan lama. Dan sepertinya ini waktu yang tepat untuk bilang. Kamu mau, ya, Levi panggil sayang?” Kak Levi menatap lekat mata Fairy yang sudah berkaca-kaca. Fairy kembali terdiam. Hatinya senang. Otaknya bingung. Apa yang harus ia jawab? Banyak pasang mata tengah tertuju padanya.  Penasaran menanti jawaban apa yang akan Fairy lontarkan. Fairy melihat hampa ke arah tatapan dalam Kak Levi. Jantungnya kembali berdetak cepat, semakin cepat, dan tak terkendali. Dengan perlahan namun pasti Fairy mengangguk. Kak Levi berdiri dan menarik Fairy dalam dekapnya. Fairy tersenyum senang dan sedikit meneteskan air mata.
            “Fairy sayang Kak Levi!”
            “Levi juga sayang Fairy!”
            Tepat pada tanggal 10 September Fairy pun resmi menjadi pacar Kak Levi. Ini benar-benar diluar dugaan Fairy. Ia tidak menyangka akhirnya ia dapat jadian dengan Kak Levi, Kakak OSIS yang ia sukai sejak pertama kali masa orientasi siswa. Ia sangat senang dan bahagia karena kini ia mengetahui bahwa memang cintanya telah terbalas. Seseorang yang ia cintai juga ternyata mencintainya.
            “Genrifinadi Palevi. Terima kasih telah menjadi hadiah ulang tahun terindah selama hidupku. Semua ini sangat berkesan dan tak akan pernah ku lupakan. Sekali lagi terima kasih dan… Aku sayang Kakak!!”
-Selesai-
[103114]

No comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll

SpongeBob 3

About